"Malam ini, kita ketemuan di hotel paling mewah di kota ini."
Telepon ditutup. Kalimat itu mengiang. Tak biasanya...
Ini di luar kebiasaan. Hotel paling mewah pula. Kejutan macam apa malam ini? Sedikit bertentangan dengan akal.
Tapi tak melawan, beberapa kawan dikabari, reaksi mereka hampir sama. Ini tak wajar, aneh, ada apa?
Bagaimana tidak, biasanya tempat ketemuan itu di masjid, sederhana, penuh suasana kerinduan.
Tapi akhirnya sepakat.
"bagaimana?"
"hotel ***, ustad."
"baiklah." Ustad tersenyum.
Ding. Ding. Ding.
Hotel itu memang mewah.. Mereka terpana. Ini berbeda dengan biasanya. Lalu lalang. Apa ini? Mereka bukan terkagum dengan kemegahan hotel itu. Pertanyaannya masih sama, mengapa harus di hotel mewah?
Handphone berdering...
"kami sudah sampai, Ustad."
"sudah lengkap?"
"sudah."
"saya sebentar lagi sampai. Sebelum saya sampai, masing-masing berkeliling dalam hotel."
Mereka berkeliling, makin bingung. Tapi waspada, ada apa?
Tiap ruang yang mereka bisa masuki, mereka masuki, melihat setiap manusianya, pelayan, petugas, koki, tamu, semuanya. Butuh waktu cukup lama dengan pembagian arah untuk masing-masingnya, setelah cukup, mereka kembali ke lobby.
Ustad sudah menunggu.
Mereka duduk sling berdekatan.
Salam.
Tilawah.
"bagaimana hotel ini?"
"mewah, ustad."
"orang-orangnya?"
"sama mewahnya, ustad."
"siapa di dalam hotel ini yang terlihat paling sederhana?"
"kami, ustad"
"yang terlihat paling kasihan?"
"kami, ustad."
diam.
"siapa yang punya hotel ini?"
mereka mulai faham arah bicara ustad.
"maka kita harus kaya, akhi...
Wahn, artinya cinta dunia dan takut mati.
Kita dilarang mencintai dunia, tak boleh mencintai harta, kekayaan. Tapi bukan tak boleh memilikinya.
Di tangan, akhi, bukan di hati...
Malam ini cukup.."
Subhanakallahummaa.... *berjamaah.
Malam itu berkesan.
Singkat, padat.
Cool
BalasHapusDunia di tangan, bukan di kaki eh hati...
BalasHapuskaya itu enak kok...:D
itu terus tidur di Hotel?C#
BalasHapus@da romi, manteb!!
BalasHapus@mbak rien, enak ya? Penasaran...
@mas fatah, hehehe.
sayangnya kita seringkali memaknai zuhud dg menghindari harta
BalasHapusAkhirnya dikuasai harta kita, sak kita-kitanya ikut dikuasai kan, mas iqbal?
BalasHapus