Sabtu, 29 Mei 2010

Akh! Rindu kembali menguasai nadiku. Menggerus lempung keras di sisi jantungku.

"Bayu, kamu udah punya adik sekarang, laki2." kakak kelas ane teriak dari luar jendela kelas, mengusik semangat belajar ane. Tak sabar pulang. maka siang itu ane pulang gembira betul, hendak ke bilik, ane di tahan nenek. tak boleh masuk. bagaimana ini? bagaimana ini? bagaimana mungkin adik yang sudah ane tungguin, lamaa sekali, yang selalu dijanjiin emak, begitu lahir, tak boleh ane temui? ah, rupanya bukan, ada "syarat" nya, ane harus ke dapur, mendekati tungku, menggantung dua kaki ane bergiliran di atas tungku, baru ane boleh masuk ke bilik. Sebuah kecupan, dua! ane kasih buat adik lelaki ane yang belum genap 6 jam usianya... hihi, pada heran.Hmm...
Ane punya adik, Laki-laki!!!
Maka waktu menggelinding dan ane selalu punya banyak waktu membersamai adik lelaki ane. Jujur, kadang rasanya kesempatan itu serasa jadi tugas. Mestinya ane boleh bebas bermain ke sana kemari, sendiri, sesuka hati, begitu waktu itu. tapi itu cuma kadang saja kok, le...
Maka banyak kisah, banyak kesal, banyak nakal, banyak tangis, banyak tawa, pasti. tertawa bersama, kemudian dimarahi emak, besama, hehe.
"adek itu..."
"mas itu..."
"sama saja, nggak yang besar, nggak yang kecil, ribut terus, ujungnya pasti nangis.!!"
hehe, sama saja memang ya, le?...
ada luka, berdarah, mas ingat, besepeda adalah jurus peredam tangis dan rewel paling manjur buatmu.
maka siang itu, bukan sengaja kita berdua jatuh, dagumu berdarah, tidak menangis.
"tenang, mas, ini bukan sepenuhnya tanggung jawab mas." begitu mungkin yang ingin kau sampaikan. maka kau tahan sakit itu. kita pulang, mas ciut, takut, takut lukamu parah, takut emak marah.
di rumah...

"mbaaaaaaak... anakmu...." tetangga bantuin panggil emak di kebun belakang, panggilan yang pasti menggelisahkan...
"ada apa dengan anakku?" cemas, emak buru-buru pulang.

"kenapa ini tadi, naaak..."
"nggak papa ini, mbak, cuma lecet sedikit." lega, tapi setelahnya tetap saja emak pingsan.

Tahulah mas, kamu istimewa, ya, kita istimewa, le....

Maka waktu menggelinding,

"hati-hati ya nak..."
" iya, iya, mak..."
bersepeda lebih hati-hati, tapi tetep saja nakal.

inget trafo, step down, yang bisa mengubah tegangan listrik rumahan 220 volt jadi 12volt? kalau di balik, tegangan 1,2 volt bisa jadi 22 volt, dan percikan arus, bisa mengakibatkan kejutan, mas udah coba kok, nggak seberapa, tetap saja kau bakal terkejut, menangis. dasar, kakak yang nakal!
"kamu apain lagi adikmu?"
"nggak ada, kok, mak. naik sepeda yuk dek..."
lolos...
hehe..

terakhir mas cium, mas baru pulang dari sekolah di kota. ah, tentu saja kau heran, kau sudah terlalu besar untuk ciuman mas mu. tak banyak lagi cerita, kau memang tak banyak cerita, maka kita tak lagi banyak bicara.

maka waktu menggelinding...

terakhir mas dengar, kau berlarian di pematang sawah menangkpi belut, menjualnya, untuk tambahan uang jajanmu di sekolah.
bagaimana ini, mas jadi ingin pulang...

                                     ****
kemarin lusa, di kota, 2jam dari sini....


Sandal jepit, dan hembusan debu jalanan yang tak semua bisa ditepisnya nakal melekat di kulitnya yang coklat matang oleh matahari. usang, baju, rambut, juga sendal jepit itu. jualan koran, mainan, kerupuk, air mineral, atau sekedar memukul-mukul beberapa tutup botol sambil menyanyi.

usia mereka sebayamu, smp, sma, mungkin tak pernah sempat mendaftar di salah satunya. bersyukur sekali rasanya, kau tengah menyelesaikannya, menyusun mimpi di daftar "to do" mu. mengejar cita-citamu.

tapi mesti kah, bersyukurnya setelah menyaksikan, mendengar cerita tentang mereka?

mas pernah diajari, jika tak punya sepatu, jangan lihat kawanmu yang punya banyak sepatu, lihat saudaramu yang tak punya kaki.

mas sungguh rindu, le. mengelus rambutmu, kemudian bercerita tentang warna. pelangi.

Tapi bukan pada antara ada dan tiada, melainkan tentang menjalani kenyataan dan mengisinya dengan kebaikan, mengisinya dengan baik.

dan bergembira, sebagai wujud bahagia, bahagia sebagai bukti syukur.

karena mas juga pernah di ajari...

saaidun fiddunia wa saaidun fil akhirat ( bahagia dunia dan bahagia di akhirat ),
saqyun fiddunia wa saqyun fil akhirat ( sengsara dunia dan sengsara di akhirat ),
saaidun fiddunia wa saqyun fil akhirat ( bahagia dunia dan sengsara di akhirat ),
kenapa tak disebutkan sengsara di dunia dan bahagia di akhirat?
karena calon ahli surga hanya memiliki:
Rasa syukur atas semua nikmat dan sabar untuk semua cobaan.


maka waktu akan menggelinding,
dan hanya akan ada syukur dan sabar, kerena itulah iman.




Karena rumput tetangga lebih hijau. (5)

Saya pun bercerita pada istri, kesenangan sesaat saya, ke-nelangsa-an saya, dan itsar! *gedubrak.. Istri hanya tersenyum karena kekonyolan i...