Minggu, 15 Februari 2009

Kelahiran marjo

Angin kencang, tangis keras, tak henti, hingga hujan turun Marjo tak lagi menangis. kian deras, marjo kian lelap.

23 komentar:

  1. hehehe, maap Ukh, ini hanya bagian dari sebuah proyek besar.
    mungkin akan selesai beberapa tahun lagi.
    hanya saja nggak bisa bocor informasinya lebih banyak dari itu
    ^_^ (aslinya nggak ngerti ngapa nulis itu. trus nggak ngerti juga gimana lanjutannya.)
    :)

    BalasHapus
  2. Ini bab awalnya ya?
    Marjo kecil suka hujan :)

    BalasHapus
  3. mendekati awal,
    bagian awal novel ini basah oleh hujan,
    deras.

    BalasHapus
  4. hati-hati jangan sampai kabur hurufnya oleh air hujan

    BalasHapus
  5. insyaAllah, ane simpen baik-baik, semua cerita tentang hujan, sudah terukir bagai prasasti.
    pernah bercakap dengan hujan? bahasanya sungguh indah, Ukh.

    BalasHapus
  6. sejak kecil
    hujan mengajariku banyak hal
    *sok ikutan hehe padahal sampe sekarang jg belum paham

    BalasHapus
  7. membersamaiku dalam banyak hal.
    hujan,
    selalu.

    BalasHapus
  8. sekarang hk hujan :)
    deras dan kabut...

    BalasHapus
  9. dengar, biar di hujaminya hatimu dengan butir-butir yang sejuk itu.
    ingat kah ketika hujan mendekap tubuh mungilmu dalam gendongan emak? (hiks)
    ane ingat, sambil nggendong ane, emak menyeduh secangkir teh hangat buat bapak.
    "bapak kok belum pulang mak?"
    "itu dia bapak pulang.."
    seorang lelaki menurunkan seikat kayu bakar yang basah dan tentu saja bertambah berat dari pikulnya,
    sekejap meluruh seluruh noda di tubuhnya di bawah air hujan limpahan dari atap, membalasnya dengan se-bak air hangat (yang tentu saja tak lagi cukup hangat) yang sudah disiapkan emak.
    berhanduk, berpakaian, bersatu dengan ane dan emak, menggantikan emak menggendongku, sementara emak mengambil secangkir teh hangat, meletakkannya di bibir jendela dan kembali mengambil alih ane dari bapak.
    betiga menikmati sisa episode hujan itu.

    BalasHapus
  10. hehehe :D
    tangis dan tawa hakekatnya samakah?
    5 menit yg lali luruh,beberapa detik tawa hadir :D

    BalasHapus
  11. menangis dan tertawa,
    keduanya adalah pintu yang sudah diberikan cuma-cuma buat keluarnya rasa.

    mau lanjutan adegan-nya?

    BalasHapus
  12. tapi sudah dulu nangisnya, sip?

    lelaki itu menyeruput teh dalam cangkir nikmat betul. aku merengek hendak juga merasakan manisnya teh seduhan emak.
    satu syarat, satu kecupan di kening halus mesti dilewati meski sering protes tentang kumis bapak.
    terpejam menahan, satu syarat kupenuhi, setengah cangkir teh dikuasai.
    dua tangan bertaut jemarinya.
    aku berselimut peluk.
    hangat, menawar sejuk berian hujan.

    BalasHapus
  13. hehe bapak jg begitu,tp bukan teh tp ibu imbalannya

    lalu?

    BalasHapus
  14. mimpi indah saat itu sulit terulang sekarang...

    BalasHapus
  15. tiba-tiba deras, mbak. di sini hujan. ingat jika hujan turun dirumah simbah, atap rumah yang dari seng itu begitu keras menyampaikan bunyi hujan. ane nggak dengar cakap-cakap mereka(simbah, anak dan mantu-mantunya)
    ane menutup dan membuka telinga dengan telapak tangan, bercakap sendirian dengan hujan.
    "aku membawa air" katanya
    "aku tak basah" kubilang.
    "bermainlah bersamaku" ajaknya.
    "nanti, jika kau bersedia datang siang hari tanpa temanmu yang menakutkan itu, dan jika kau bersedia turun perlahan,"
    "kau akan demam..."
    "tak masalah, setelahnya, aku bisa menikmatimu di gendongan emak, menawar semua demam yang kau berikan."
    kami sepakat, aku lelap, hujan berhenti.

    mimpi itu mungkin sulit datang ke tidurmu(bagaimana tidak, tidurnya saja sulit, apalagi mimpinya). maka ciptakan ia lewat angan sadarmu, menjelang tidur.

    BalasHapus
  16. hujan,,,
    sudah reda 1 jam yg lalu...
    tfs mimpi datang saat memandang titik-titiknya semalam (pagi?)

    BalasHapus
  17. Kelahiran marjo, kelahiran mp ane he2. Ingat marjo lagi, hujan, hutan getah, padang ilalang menuju sekolah, ustad sobron, anaknya ustad sobron, marjo dalam sumur, marjo dan bubur kacang ijo, marjo di tengah hujan, marjo dalam hutan, marjo gondrong, marjo nyeukangking(kurus), marjo dan hujan, marjo itu masih muda, eh salah, lelaki muda itu marjo.
    Kangen marjo, pasti banyak debu menyelimutimu... Maaf, marjo.

    BalasHapus

Karena rumput tetangga lebih hijau. (5)

Saya pun bercerita pada istri, kesenangan sesaat saya, ke-nelangsa-an saya, dan itsar! *gedubrak.. Istri hanya tersenyum karena kekonyolan i...