Kamis, 08 Desember 2011

gagak maut...

Bocah itu lelaki. Umurnya 7 tahun... Berdiri di bibir sumur, menyandar... Menyaksikan bapaknya membelah kapak pada kayu, kayu bakar.
Ibunya mengusung ember-ember mengisi gentong. Sesekali singgah di tungku meniupi bambu pada bara nyaris padam, merebus singkong.
Bocah itu... Mengusap-usap tangannya yang bau sapi. Lepas menggiring sapi ke kandang. Bukan sapi bapaknya.
Bocah itu... Baru pulang dari padang gembala, di tanah lapang sebelah pekuburan.

Matahari... Perlahan menggambar garis di langit... Kian tinggi garisnya... Kian merah, redup.
Bocah itu, bapaknya menyusun kayu bakar disamping kandang ayam...
Ibunya meniris singkong rebus dalam ceting* plastik.
Bocah itu memandangi langit kemerahan... Melintas tiga burung gagak sambil berkoak... Hatinya resah... Takut.
"burung gagak itu membawa nyawa". Maksudnya nyawa burung gagak itu sendiri. Tapi pikir bocah itu, nyawa orang yg baru saja mati.
"makanya kalau ada gagak berkoak-koak, pasti ada yang mati". Kalimat itu biang keladi nya.

Bocah itu... Memanggil lirih emaknya...
"mak..."
"kalau kita nanti mati bagaimana?"
"mati?"
Bocah itu mengangguk.
"apa kita akan terpisah2? Seperti simbah? Simbah di kuburan, kita di sini?"
"jika kita semua sudah mati? Kita akan bertemu dengan yang kita sayangi, nak"
Bocah itu, membayangkan pekuburan didalam nya lorong2, ruang2. Laksana kota...
"kita bisa ketemu simbah?"
"sudah! Mandi cepat."

bocah itu, keesokannya sudah lupa... Pada resahnya akan mati...
Kembali menggembala, di tanah lapang dekat pekuburan.. Kadang berteduh di bawah atap kuburan... Mengumpulkan botol minyak duyung untuk kemudian kena marah... Atau jika beruntung, koin 50rupiah... Atau jika sial, tertidur dan dibangunkan mbah dariono...
"whe, malah turu neng kene... Sapimu mangan tandurane mbah bejo kae lho..."


sampai sekarang, masih jarang mengingat mati...
Bocah itu, aku...

6 komentar:

  1. kok jadi ingat jurus silat nih mas, gagak maut.... :)

    BalasHapus
  2. Mengingat mati.. bikin jadi tambah semangat, mas Bayu :)

    BalasHapus
  3. cara tuturnya keren. bocahe saiki wes duwe anak. he he...
    pengingat mati, thanks

    BalasHapus

Karena rumput tetangga lebih hijau. (5)

Saya pun bercerita pada istri, kesenangan sesaat saya, ke-nelangsa-an saya, dan itsar! *gedubrak.. Istri hanya tersenyum karena kekonyolan i...