Minggu, 27 September 2009

Percakapan 1menit 6detik

sore, langit menjingga. ku temui hati, rasanya sudah lama sekali...
aku begitu rindu tiba-tiba, dipandanginya matahari turun perlahan, hampir terbenam.
aku menunguinya, tepat di belakangnya, aku bimbang tiba-tiba...
ia berbalik, matanya berair, aku terkejut, sungguh. wajah sedih itu berubah, merah, padam.

"kau adalah batu."
aku diam, gemetar...
"aku menggumpal di ronggamu, tapi kau tak mendengarku, kau hanya mengikuti instingmu. kau.... kapan terakhir kau menangis?"
"maafkan aku..."
"tak perlu. tak ada yang perlu dimaafkan, teruskan saj ayun kakimu. kau tak butuh hatimu."
"aku buta tanpamu"
tersenyum, "tidak. buka saja matamu."
"tapi telah kuawali langkahku atasmu, denganmu..."
"ya, kemudian kau tinggalkan hatimu, kau terlalu dekat dengan instingmu" deras kian mengaliri pelupuk matanya...
"kita akan selamat, bukan?"
"jika saja, jika saja kau mau tetap bersamaku."
"kau tahu ini takkan mudah. aku mohon.... tetaplah bersamaku.."
"kau tahu, bahkan aku ada dalam tubuhmu, kaubiarkan hatimu terhijab darimu."
disapunya airmata, aku sungguh takut..
"maafkan aku...."
"kau tahu..."
aku terjatuh, berlutut, sendiri, gemetar, bulir bening menimpa kering tanah. basah.

5 komentar:

  1. saya rasa percakapan ini lebih dari 30 menit → ada adegan menangis yg pasti membuat kalimat sulit diucapkan :D

    tetaplah di sana Hati, temani tiap langkah dg matamu yg jernih ^^

    BalasHapus
  2. singkat, mba, hingga terbenamnya matahari, tinggal sendiri, gemetar, bunga-bunga duri mekar dibawah ruku' tunggal yang panjang...

    sam-sama akh daji, (belepotan ya? ^_^) T_T

    BalasHapus
  3. Membacanya membuat hati juga larut dlm air mata ..terima kasih...saya suka :)

    BalasHapus

Karena rumput tetangga lebih hijau. (5)

Saya pun bercerita pada istri, kesenangan sesaat saya, ke-nelangsa-an saya, dan itsar! *gedubrak.. Istri hanya tersenyum karena kekonyolan i...