Minggu, 19 April 2009

rindu di kawah talang

Gerimis, gelap. jalan setapak tawarkan perih.
seberat bekal di bebanku bergantung di pundak ringkihku.
kita bertemu, aku menyentuhmu setelah akad.
saat matahari hampir tenggelam.
berdua, tanpa siapa-siapa,
menanti sujud bersama, hingga keningku menyatu dengan bibir kawahmu,
kawah talang berbunga.
aku mencintaimu,
mencintai tandus dan gersangmu,
tubuh berbatu terjalmu.
keindahan itu bukan ada padamu.
tapi di sini, berdua, kau tawarkan indah di kejauhan,
sunset berian Tuhan.
hanya bersamamu, bisa kuresapi indah ini, sayang.
sesaat saja, maka semua akan sirna.
kutahu takkan ada siapa-siapa. kau juga diam saja.
gelap.
dingin.
kau tidak bicara, tidak menangis.
aku akan tetap di sini untukmu.
menciptakan hangat dari ranting-ranting kecil.
mengantarku pada bara yang padam,
pada mata yang pejam.
menanti cahaya, hingga kita tersenyum,
dalam sejuk menghembus butir-burtir lembut.
menyaksikan dua anak danau,
hingga waktu pulang tiba.

4 komentar:

  1. terlintas malam di puncak gunung ^.^ gak nyambung ya?
    kapan kembali merasakan dingin di antara pinus yang menawarkan harum...

    BalasHapus
  2. ane simpen sajalah rahasia sajak ini.
    pejamkan saja mata, dan biarkan wangi itu mengisimu perlahan.

    BalasHapus
  3. he he iya, itu harus!
    selama itu masih jadi rahasia, akan tetap indah diingat, menurut aku ^.^
    sulit membayangkan sekarang, mungkin keterlaluan. mengukir indahnya edelweis saja kesulitan, astagfirullah. sempitnya ya.

    BalasHapus
  4. edelwheis, salah satu rahasia.
    bukan sempit, tapi tak setinggi puncak talang
    (kawah talang nggak sama lho Ukh, dengan jendela boeing)^_^

    BalasHapus

Karena rumput tetangga lebih hijau. (5)

Saya pun bercerita pada istri, kesenangan sesaat saya, ke-nelangsa-an saya, dan itsar! *gedubrak.. Istri hanya tersenyum karena kekonyolan i...