Di pinggir hati yang ketir-ketir, aku mlipir,
bersama semilir yang berdzikir.
akhirku khawatir.
kutahu kadang waktu seakan berbalik jungkir,
tak selalu sama dengan angan yang ku ukir.
Kau tahu kadang aku ingin mangkir.
dari sini ku jemput akhir.
tapi biar sejenak berpikir.
barangkali biar kucecap embun secangkir.
kemudian biar cahaya menjemput akhir.
tanpa kugelapi hati yang khawatir.
biar tak lagi khawatir.
tak lagi khawatir.
bila kata memilih sunyi, mata menari mengikuti baris-baris makna.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Karena rumput tetangga lebih hijau. (5)
Saya pun bercerita pada istri, kesenangan sesaat saya, ke-nelangsa-an saya, dan itsar! *gedubrak.. Istri hanya tersenyum karena kekonyolan i...
-
Alhasil, ada 5orang, padahal hanya ada 4kotak nasi... Mas ris bangkit, mau ambil satu kotak lagi katanya.. Mas ris pun datang dengan sekotak...
tapi embun hanya ada setetes :(
BalasHapusmaka mesti kupastikan setetesnya menyiram senyum yang mengeras di temulang wajahku.
BalasHapusem,, mungkinkah setetes embun hadir pada kemarau???
BalasHapus^_^
jadi ingat se2org,,
he,,,
^^
ingatnya yang baek saja ya, Ukh.....
BalasHapus^__^
BalasHapushe,, insyaAlloh inget yg baik k,,