Sabtu, 16 Mei 2009

next next level, man shabara zafara

Sebuah buku tulisan Amru Muhammad Khalid, al-Shobr wa al-Dzawq, diterjemahkan oleh Syarif Hade Masyah, diterbitkan "Serambi" dengan judul: Sabar dan Bahagia. Pada bagian awal buku ini Amru M Khalid menulis tiga jenis sabar.
1. Sabar menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan
2. Sabar menghadapi musibah
3. Sabar dalam menjalani ketaatan.

Dalam tulisan ini ane bakal cerita tentang sabar yaitu bahwa sabar itu mempunyai tingkatan.
Kadang hidup itu seperti sebuah flowchart, rangkaian pilihan beruntun buat menyelesaikan segala persoalan yang harus dihadapi, maka dari rangkaian flowchart yang njelimet, rumit, kompleks, kita akan sedikit mengabaikan yang lain, dan membahas kesabaran.

seperti sebuah game, ada tingkatan/level dalam hal kesabaran.
al-Ankabut:1-2.:
Apakah mereka itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: "kami telah beriman" sedang mereka tidak diuji lagi?

Dalam flowchart seperti yang kita bicarakan, kesabaran kadang adalah pilihan, yaitu pilihan untuk bersabar atau sebaliknya. Pilihan yang kemudian berulang, lagi, lagi, lagi. Dimulai dengan pilihan mudah tentu saja, kemudianbertambah sulit, dan semakin sulit, tergantung di level mana kita berada.

Pada level awal, ini adalah pilihan mudah. Sebuah pilihan buat kita, buat bersabar, atau begitu saja mengikuti ego yang tergesa, setan yang tergesa.

bersabar atau tidak pada level ini, kita akan berangkat pada level berikutnya: lebih berat.

Kesabaran kita pada level sebelumnya akan memudahkan kita buat tetap bersabar pada level ini (meski tentunya tetap ada pilihan untuk berhenti bersabar).
Namun jika pada awalnya kita sudah tidak bersabar, maka akan ada kecenderungan untuk tidak juga bersabar pada level ini (meski tetap saja kita punya kesempatan untuk lebih bersabar).
Artinya apa yang kita lakukan kemarin akan berpengaruh hari ini, dan apa yang kita lakukan hari ini akn berpengaruh untuk besok.

proses itu mungkin akan berulang, lagi, lagi, mungkin lagi.

Bahan uji kesabaran itu tentu sangat variatif. Banyak sekali jenisnya. Tapi kita bisa bagi jadi 2 kelompok besar, yaitu kemudahan dan kesulitan. Keduanya sungguh sangat akurat hasil ujinya.

Kita bisa saja tidak bersabar dari awalnya, berulang demikian, berulang lagi demikian. Sungguh, dalam rentang waktu itu kita punya pilihan, kesempatan untuk memperbaikinya, belajar bersabar.
Kita juga bisa memilih bersabar sejak awalnya, berulang demikian, bertahan tetap demikian. Sungguh, dalam rentang waktu itu kita harus tetap belajar bersabar, dan sungguh, dalam rentang waktu itu kita bisa saja menjadi tidak sabar, lupa bersabar, atau merasa tak lagi mampu bersabar.

apapun pilihan kita, kesemuanya akan ada hasilnya, karena apa yang kita putuskan hari ini, akan membawa pengaruh esok hari.

"Tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan RasulNya tela menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, kesesatan yang nyata." (Al-Ahzab:36)

Lalu sampai kapankah rangkaian pilihan ini? Pada akhirnya kita akan sampai pada Final level. Di mana?
level-level itu Akhirnya akan membawa kita pada sebuah kondisi, di mana seakan kita sudah tak punya pilihan lagi. Kita bukan ditawari menentukan sebuah pilihan, melainkan dipaksa memasuki sebuah kondisi, seakan tanpa pilihan. Sebenarnya kita masih saja punya pilihan untuk bersabar atau sebaliknya.

Pada akhirnya kita akan memasuki sebuah area: End of levels, di sini kita benar-benar tidak punya pilihan. Di sini adalah hasil dari pilihan dan keputusan yang kita bikin di level-level sebelumnya. inilah Yaumuddiin.

Maka kapan kita akan belajar bersabar? itupun pilihan buat kita. Kita bisa memilih untuk tidak pernah memulainya, melewati final level, dan sampai pada the end of level dalam kondisi itu. Kita juga bisa memilih untuk segera memulainya, terus bertahan, menggenggam sunnah meski seperti bara di jemari, menggigitnya dengan geraham, dan tiba di The End Of Levels.

Nabi Syuaib pernah bicara pada kaumnya:
"Dan wahai kaumku! Berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat(pula)...
...
Dan tunggulah! sesungguhnya aku bersamamu adalah orang-orang yang menunggu. (QS. Hud:93)

Semoga bermanfaat.

3 komentar:

  1. tunggu saya ,,,, sekarang saatnya kembali ke kursi kereta bawah tanah...
    3 jam dari sekarang akan saya baca :)

    BalasHapus
  2. sabar
    masih sulit dipahami,mungkin perlu dibaca ulang
    tfs

    BalasHapus

Karena rumput tetangga lebih hijau. (5)

Saya pun bercerita pada istri, kesenangan sesaat saya, ke-nelangsa-an saya, dan itsar! *gedubrak.. Istri hanya tersenyum karena kekonyolan i...