Jumat, 26 Juni 2009

bonceng!!!!!

lagi, meloncat keluar dari belantara.
Kali ini pake motor punya temen, berangkat dari camp ketika matahari masih terang, berpakaian rapi, tanpa tahu bahwa ini yang akan menjadi masalah nanti sebentar lagi.
Melewati sedikit keramaian, sebuah "kota kecil", kemudian kembali menelusuri jalan tanah yang jika bersimpangan dengan kendaraan lain harus siap dengan sejenak penderitaan.
Keperluan selesai, motor dikebut ngejar maghrib bareng-bareng di camp. masih rapi, dan masih belum menjadi masalah.
Sampai di sebuah keramaian, sebuah lambaian tangan berusaha menghentikan ane. Biasa, langkanya kendaraan umum, menjadikan biasa di tempat ini, lambaian tangan menanti tumpangan. ane melambat, mulai muncul masalah. Kian dekat, muncul bimbang dalam hati ane.
 Pergulatan yang sangat dahsyat itu terjadi dalam sekejap.
 dan pemenangnya adalah....
ciiiiit! ane berhenti, seseorang kemudian duduk di belakang ane.
 "ke mana?"
 "ke kota." singkat.
perlahan motor melaju, ane mulai kacau.
 ane telah memilih, tapi kemudian masih saja ada ragu, sekuatnya ane menahan.
"biar saja!" hati ane mengeras.
"tidak menyesal?"
"tidak, tidak perlu menyesal."
"tidak takut?"
"tidak ada yang perlu ditakutkan. tnang saja."
"kenapa seakan-akan inginnya antum masih di belakang tadi dan ngebut saja melewati lambaian tangan seseorang yang kini di duduk di belakangmu?"
"ane tidak begitu, membiarkannya duduk di belakang ane adalah pilihan. berbuat baik."
percakapan tunggal itu terhenti, fikiran ane mulai berisi tentang seseorang yang duduk di belakang ane, semotor, selaju.
 Keras, sebuah pertanyaan muncul lagi, menguatkan ane.
"apa antum akan memberi tumpangan jika yang melambaikan tangannya itu sama rapinya dengan antum?"
"apa antum akan memilih untuk memberi pertolongan kepada orang yang antum sukai saja dan menolak permintaan orang yang lebih membutuhkan?"
"apa antum merasa lebih baik dari seseorang yang saat ini duduk di belakang antum?"

ane terus melaju. ane ingat-ingat lagi ciri-ciri fisik-nya, lelaki itu masih muda, sangat kotor, tanpa alas kaki. kotornya bukan karena pekerjaan atau barusan main kotor-kotoran, tapi jelas, kotornya adalah karena lama sekali tak dibersihkan, kaki, tangan, wajah, rambut, celana dan bajunya.

muncul lagi masalah ketika melewati keramaian, pasang-pasang mata. membuat ane ketakutan, tiap kali yang mereka lihat adalah di belakang ane.
diam sepanjang jalan. percakapan bahkan caci maki penuh di kepala ane. sulit, untuk tulus.

ane tidak tahu kapan terakhir kali anak ini mandi, bahkan ane tidak tahu jalan fikirannya, layaknya kita kah? atau sedikit berbeda?

di kota, ane kira anak ini tak akan meminta untuk turun, di sebuah persimpangan ane berhenti, jika tujuannya adalah "kota", ini persimpangan terakhir kesempatannya untuk turun, kecuali mau ngikut ke camp ane, dan itu jelas tidak mungkin.
"takkan kubiarkan!!!" hehehe

ane berhenti, laki-laki muda itu turun perlahan, sebuah cahaya seperti masuk keotak ane.
ditepuknya tempatnya tadi duduk beberapa kali(seperti hendak membersihkan).

dilipatnya baik-baik pijakan boncengan yang tadi dibuka dan diinjaknya sepanjang jalan,.

kemudian lelaki kumal ini mengucapkan terima kasih, fasih, dan sedikit senyum.
itu lebih dari cukup menyudahi berisik dalam kepala ane, dan mengatasi pasang-pasang mata yang mengerikan sepanjang jalan.

"yuuup!!" ane langsung ngebut lagi. maghrib bareng di camp tidak terlambat.

6 komentar:

  1. manusia memang perlu belajar,selalu belajar.
    tidak terkecuali belajar menerima siapapun yg ada di sekitar kita,bagaimanapun keadaannya.
    tfs pagi2 mengingatkan :)

    BalasHapus
  2. "belajar"
    sebuah kosakata yang pernah menguras energi mencernanya.
    ternyata mesti belajar untuk memahami arti kata "belajar"

    BalasHapus
  3. :) jangan dibuat muter-muter
    hanya dapat bingung bukan paham

    BalasHapus
  4. sebenarnya adalah karena memang pernah berbenturan dengan kata ini.
    "saya akan belajar menggetah dengan baik, tuan."
    "kalau begitu, belajar saja dulu, nanti setelah bisa baru ke sini lagi."

    si tukang getah nggak jadi dapat kerja. :(

    BalasHapus
  5. ya iya memakai kata 'belajar' tidak pada tempatnya ( hiks! )
    kalau mau cari kerja bilangnya 'saya akan kerja keras, Tuan.'
    kalau mau minta diajari baru bilang, 'saya akan belajar dg baik.'
    maaf sok tau :(

    BalasHapus

Karena rumput tetangga lebih hijau. (5)

Saya pun bercerita pada istri, kesenangan sesaat saya, ke-nelangsa-an saya, dan itsar! *gedubrak.. Istri hanya tersenyum karena kekonyolan i...