Minggu, 14 Juni 2009

sekuntum bunga untuk emak

purnama tak lagi sempurna,
kepul diam menhijabnya bagai cadar menghantar keindahan sempurna,
meski langit melukis badai entah di mana.
aku telah di sini.
membuka lembar demi lembar kitab ini.
sejenak hendak kuintip halaman usang itu.
aku mengikutinya perlahan. menikmati pendar pijar di ujung syaraf ingatanku.

;;;;;;;;;;;;;;;;;;

Bagaimana kan kurengkuh dayung
jika masih tertambat tali di tepian?
Biduk menanti riak yang menggelitik
siap tuk laju kini atau nanti.
tak peduli langit melukis badai, atau arus membawa tanda.
hanya aku yang akan dihantarnya kemana kumau.
  Tepian itu taman, aku selalu berlarian, dalam asuhan.
kini hendak bidukkecil kurengkuh dayungnya.
di atas daun kutulis sebuah percakapan:

bunda: "biar Kau bawa suara jadi sunyi di sini. doa takkan henti bunda pinta. tapi telah khatamkah olehmu lukisan langit? Cemas bunda tertahan di muara, terapung di gelombang."
aku: "Kan kuikuti sketsanya, khatamnya bukan di sini, Bunda. KIni atau nanti, muara takkan tenang, gelombang tak akan diam. Kan kuraih cemasmu, ke dasar hati kuredam rintihnya."

     Tepian itu,....
sendiri sunyi di belakang bunda berdiri, selendangnya menghijab mataku dari pudar warna.
hati berbisik: " usung sesiram sejuk, tabur setangkup bakti, kelak kembali, boleh kau petik setangkai bunga, untuk bunda."

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

15 komentar:

  1. .....................
    ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
    ibu, aku rindu. bukan indah mawar yang akan aku bawa untukmu, hanya dua belah tangan yang aku hiasi dengan sentuhan dan ucapan lembut, dibalut rindu dan cinta yang berusaha seindah yang kau punya.
    * membuat rindu semakin menjadi-jadi!

    BalasHapus
  2. sungguh, tak akan seindah yang telah ibu berikan.
    aku sayang ibu.... lillahi ta'ala.

    BalasHapus
  3. iya benar, tak akan pernah bisa mendekati indah cinta dan do'a ibu
    segala cinta hanya karena Allah semata :)

    BalasHapus
  4. kalau delisa, bilang gitu sama umminya, dapat coklat besar dari ustad rahman:)

    BalasHapus
  5. kalau saya yang bilang?
    novel se-rak buku kah? atau 10 kitab klasik Islam?
    *ngayal dot com :D

    BalasHapus
  6. palingan setitik bening(atau lebih banyak)
    dari dua pasang mata.
    sudah lebih dari cukup, kan?

    BalasHapus
  7. Ibu....
    jangan lagi tumpah air mata di meja ini...
    setahun lagi!!!!

    BalasHapus
  8. ibu,...
    tunggu anakmu...
    dengarlah ceritaku, dan kudengar ceritamu.
    biar jemari yang tak lagi mungil ini meluruh letih di kedua kakimu, janji.

    BalasHapus
  9. jangan di tempat ramai, malu.
    lepas saja, setahun lagi tapi.

    BalasHapus
  10. maluu... hhhh!!!!
    bentaar lagi, ya. ya. ya. tuh tuh tuh, liat! langit cerah, mendung putih.
    tadi sudah makan belum hayoo.
    main luna gih...

    BalasHapus
  11. tipikal kakak sejati :)
    matur suwun, ingat mbak, kangennya jadi tambah :D

    BalasHapus
  12. jadi, jangan basahi lagi meja itu, setuju?

    BalasHapus
  13. insya Allah, belum, tidak untuk hari ini :)

    BalasHapus

Karena rumput tetangga lebih hijau. (5)

Saya pun bercerita pada istri, kesenangan sesaat saya, ke-nelangsa-an saya, dan itsar! *gedubrak.. Istri hanya tersenyum karena kekonyolan i...